KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah SWT yang
telah memberikan hidayah-nya kepada kita semua, sehingga kita masih bias
melaksanakan segala yang diperintahkan-nya dan menjauhi segala larangan-nya.
Sholawat serta salam kita junjungkan kepada nabi besar MUHAMMAD SAW beserta
keluarga dan para sahabatnya.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada orang tua yang telah memberian kasih sayang, doa, semagat, dan dukungan
yang tak ternilai harganya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.
Dr. H. Karwono, M.Pd. selaku
dosen pengampu mata kuliah
belajar dan pembelajaran, dan semua teman teman yang telah
memberikan motifasi dan dukungannya sehingga dapat terselesaikannya tugas ini.
Penulis menyadari masih banyak
kekurangan dalampenulisan ini. Sehingga segala kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa universitas muhammadiyah metro pada
khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Metro, September 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
Kata
Pengantar……………………………………………………………. i
Daftar Isi…………………………………………………………………… ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang……………………………………………………… 1
B.
Rumusan
Masalah………………………………………………….. 2
C.
Tujuan
penulisan makalah…………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian teori belajar humanisme……………………………… 3
B.
Tokoh-tokoh
teori humanism……………………………………… 4
1. Arthur Combs………………………………………………….. 4
2. Abraham Maslow………………………………………………. 5
3. Carl R. Rogers………………………………………………….. 7
C.
Kekurangan
dan kelebihan teori belajar humanisme……………. 10
BAB IIIPENUTUP
A.
Kesimpulan
………………………………………………………….. 12
B.
Saran
………………………………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Aliran
humanisme muncul pada tahun 90-an
sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan
behabvioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh
dikatakan relative masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan
terus-menerus mengeluarkan konsep yag relevan dengan bidang pengkajian
psikologi, yang sangat menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan
ha-hal yang bersifat positif tentang manusia.
Pengertian
humanisik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan
yang beragam pula. Teori humanisme menyatakan bahwa bagian terpenting dalam
proses pembelajaran adalah unsure manusianya. Humanisme lebih melihat sisi
perkembangan kepribadian manusia dibandingkan berfokus pada
“ketidaknormala”atau “sakit”.manusia akan mempunyai kemampuan positif untuk
menyembuhkan diri dari “sakit” tersebut, sehingga sisi positif inilah yang
ingin dikembangka oleh teori humanisme
Teori
belajar humanisme bertujuan bahwa belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Proses belajar dianggap berhasil jika telah memhami lingkungan dan dirinya
sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya bukan dati sudut pandang pengamatnya. Teori belajar ini
sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang ilmu filsafat, teori
kepribadian dan psikoterapi dibanding tentang psikologi belajar. Teori humanisme
lebih mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri.
Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan
unttuk membentuk manusia yang dicita-citakan serta tentang proses belajar dalam
bentuk yang paling ideal.
Selain teori behavioristik dan teori kognitif,
teori belajar humanisme juga perlu untuk dipahami. Menurut teori humanisme,
proses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan
manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori humanisme sifatnya lebih abstrak dan
mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi dari pada
bidang kajian psikologi belajar. Teori humanisme sangat mementingkan isi yang
dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak
berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang
dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pemahaman tentang prosesbelajar
sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar
lainnya
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
diantaranya adalah sebagai berikut :
- Bagaimana pengertian teori belajar humanisme ?
- Siapakah tokoh – tokoh dalam teori humanisme ?
C.
Tujuan penulisan makalah
Adapun
tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain adalah :
1.
Untuk dapat mengetahui teori belajar
humanisme?
- Untuk mengetahui tokoh – tokoh yang berperan dalam teori humanisme?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teori Belajar Humanisme
Dalam teori
belajar humanistme proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu
sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses
belajar, dalam kenyataan teri ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan
proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar
seperti apa adanya, seperti apa yang bias kita amati dalam dunia keseharian.
Menurut teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun
ia pun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari
sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa
untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenali
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang dad dalam diri mereka.
Dalam
pelaksanaannya, teori humanisme ini antara lain tampak juga dalam pendekatan
belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna
atau “Meaningful Lerning” yang juga
tergolong dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan
asimilasi bermakna.materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman
emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak
akan terjadi asimilasi pengetahuan baru kedalam struktur kognitif yang telah
dimilikinya teori humanisme berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan,
asal tujuannya untuk memenusiakan manusia yaitu mencapai aktualisai diari,
pemahama diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
Pemahaman
terhadap belajar yang diidealkan menjadi teori humanisme dapat memanfaatkan
teori belajar apapun asal tujuannya memanusiakan manusia. Hal ini menjadikan
teori humanisntic bersifat sangan eklektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa
setiap pendiriian atau pendekatan belajar tertentu akan ada kebaikan dan ada
pula klemahannya. Dalam arti ini elektisisme suatu system dengan membiarkan
unsure-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya atau aslinya. Teori humanisme
akan memanfaatkan teori-teori apapunasal tujuanya tercapai yaitu memanusiakan
manusia.
Manusia
adalah makhluk yang kompleks. Banyak ahli didalam menyusun teorinya hanya
terpukau pada aspek tertentu yang sedang menjadi pusat perhatiannya. Dengan
pertimbangan – pertimbangan tertentu setiap ahli melakukan penelitiannya dari
sudut pandangnya masing – masing dan menganggap bahwa keterangannya tentang
bagaimana manusia itu belajar adalah sebagai keterangan yang paling memadai.
Maka akan terdapat berbagai teori tentang belajar sesuai pandangan masing
–masing.
B.
Tokoh – Tokoh Teori Humanisme
Tokoh
penting dalam teori belajar humanitik secara teoritik antara lain adalah :
Arthur Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers..
1. Arthur
Combs
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-perilaku
batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain. Agar dapat
memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang lain tersebut,
bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah sebabnya, untuk
mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah persepsinya. Sesungguhnya
para ahli psikologi humanisme melihat dua bagian belajar, yaitu diperoleh
informasi baru dan personalisasi informasi baru tersebut.
a.
Pemerolehan informasi baru
Peserta didik akan tertarik dan bersemangat untuk belajar jika apa yang
dipelajari akan menjadi suatu informasi baru yang bermakna dan bermanfaat bagi
dirinya.
b.
Personalisasi informasi baru
Informasi baru yang dipahami peserta didik itu bukan hasil transfer
langsung dari guru ke peserta didik. Peserta didik sendirilah yang mecerna dan
mengolah apa yang disampaikan oleh guru menjadi sesuaidan bermakna. Atrinya
informasi itu diperolehnya sendiri dan peserta didik menjadi pemilik informasi
tersebut. Peran guru disini adalah sebagai pembimbing yang mengarahkan.
Keliru jika guru berpendapatbahwa murid akan mudah belajar kalua bahan
pelajaran disusun dengan rapid an disampaikan dengan baik, tetapi arti dan
maknanya tidak melekat pada bahan ajar itu, murid sendirilah yang mencerna dan
menyerap arti dan makna bahan pelajaran tersebut ke dalam dirinya. Yang menjadi
masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana pelajaran itu disampaikan,tetapi
bagaimana membantu murid memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan
pelajaran tersebut dengan hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati
bahwa misinya telah berhasil.
Semakin jauh hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang (dunia) dari pusat
lingkaran lingkaran (persepsi diri),semakin kurang pengaruhnya terhadap
seseoarang. Sebaliknya, semakin dekat hal-hal tersebut dengan pusat lingkaran,
maka semakin besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi
jelaslah maka semakin banyak hal yang
dipelajari oleh murid segera dilupakan, karena tidak adakaitanya sama sekali dengan
dirinya.
2. Abraham
Maslow
Abraham H. Maslow adalah tokoh yang menonjol dalam psikologi humanisme.
Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya
memahami motivasi manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasrkan atas
asumsi bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan
kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan.
Maslow, berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan yang dimulai
dari kebutuhan jasmaniah yang paling asasi sampai dengan kebutuhan tertinggi. Kebutuhan
tersebut terbagi dalam lima tingkatan yaitu:
a.
Kebutuhan jasmaniah atau dasar
(basic needs), seperti makan, minum,
tidur, dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan.
b.
Kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan kesehatan,
keamanan lingkungan, lapangan kerja, sumber daya, dan terhindar dari bencana.
c.
Kebutuhan untuk dimiliki dan
dicintai (belongingnees needs), butuh
cinta, persahabatan, dan keluarga,kebutuhan menjadi anggota kelompok, dan
sebagainya.
d.
Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), butuh kepercayaan diri,
harga diri, prestasi, dan penghargaan dari orang lain.
e.
Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), moralitas,
kreativitas, dan ekspresi diri.
Maslow membedakan antara empat kebutuhan pertama dengan satu kebutuhan yang
berikutnya (kebutuhan teratas). Keempat kebutuhan yang pertama disebut deficiency neds (kebutuhan yang timbul
karena kekurangan) pemenuhan kebutuhan ini pada umumnyabergantung pada orng
lain. Sedangkan satu kebutuhan yang lain dinamakan growth needs (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih
bergantung pada manusia itu sendiri.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya
lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinyankebutuhan
aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan
kecenderungan tertentu. Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil,tidaklah
sama pada setiap orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul kebutuhan untuk tahu dan
mengerti, yakni dorongan untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan pemahaman.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam
proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinnya memperhatikan teori ini.
Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu
tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam
kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut
Maslow, guru tidak bias menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung,
sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang
berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti.bisa jadi anak-anak tersebut
belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, smalaman tidak tidur dengan
nyenyak, atau ada masalah pribadi/keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan
lain-lain.
3. Carl R.
Rogers
Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non
directive atau terapi yang berpusat pada klien (client centered therapy), dan
pioneer dalam risetnya pada proses terapi. Pendekatan terapi yang berpuast pada
klien dari Rogers sebagi metode untuk memahami orang lain, menangani
masalah-masalah gangguan emosional.
Rogers berkeyakinan bahwa pandangan humanisme dan holism terhadap nilai-nilai
kemanusiaan. Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami diri dan pada akhirnya
menyadari untuk mengembangkan diri secara utuh dan lebih dapat menjadi dirinya
sendiri.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
v
Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman
dengan fleksibel sehingga timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan banyak
mengalami emosi (emosional) baik yang positif maupun yang negative.
v
Kehidupan ekstansial
Kualitas dari kehidupan ekstansial dimana orang terbuka terhadap
pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu
berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respon atas pengalaman
selanjutnya.
v
Kepercayaan terhadap organisme
orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seorang membuka diri terhadap
pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang
dirasakannya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat
mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
v
Perasaan bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya
paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternative pikiran dan
tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi
mengenai kehidupan dan percaya masa depan tergantung pada dirinya sendiri,
tidak pada peristiwa pada masa lampau sehingga ia dapat melihat sangat banyak
pilihan dalam kehidupanya dan merasa mampu melakukan apa yang saja yang ingin
dilakukanya.
v
Kreatifitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme
mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan
cirri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan
berkembang sebagai respon atas stimulus kehidupan yang beraneka ragam
disekitarnya.
Calr R. Rogers merupakan ahli psikologi humanisme yang gagasan-gagasnnya
berpebgaruh terhadap pukiran dan praktek psikologi di semua bidang, baik
klinis, pedidikan, dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang pendidikan , Rogers
mengutarakan pendapat tentang prinsis-prinsip belajar humanisme.Dalam buku
Freedom to Learn, Rogers mengemukakan prinsip-prinsip belajar humanisme yang
penting adalah sebagia berikut :
ü
Manusia itu mempunyai
kemampuan belajar secara alami.
ü
Belajar yang signifikan
terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan
maksud-maksud sendiri.
ü
Belajar yang menyangkut
perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan
cenderung untuk ditolaknya.
ü
Tugas-tugas belajar yang
mengancam diri mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari
luar itu semakin kecil.
ü
Apabila ancaman terhadap diri
peserta didik rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang
berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
ü
Belajar yang bermakna
diperoleh peserta didik dengan melakukannya.
ü
Belajar diperlancar jika
peserta didiknya dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab
terhadap proses belajar.
ü
Belajar inisiatif sendiri yang
melibatkan pribadi peserta didik seutuhnya, baik perasaan maupun intelek,
merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
ü
Keprcayaan terhadap diri
sendiri, kemerdekaan,kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika peserta
didiknya dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri dan
penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
ü
Belajar yang paling berguna
secara social di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar,
suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuan kedalam
diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Berdasarkan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan
oleh Rogers diatas, secara singkat inti prinsip belajar humanism adalah sebagai
berikut :
a. Hasrat untuk Belajar
Menurut Rogers,manusia mempunyai hasrat alamiah untuk belajar. Hal ini
terbukti dengan tingginya rasa ingin tau anak apabila diberi kesempatan untuk
mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan
asumsi dasar pendidikan humanisme. Di dalam kelas yang humanism anak-anak diberi
kesempatan dan bebas untuk memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan
apa yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.
b. Belajar yang berarti
belajar akan mempunyai arti atau mekne apabila apa yang dipelajari relevan
dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar adengan cepat
apabila yang dipelajari mempunyai arti baginya.
c. Belajar tanpa ancaman atau hukuman
Belajar mudah dilakukan dan hasilanya dapat disimpan dengan baik apabila
berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman atau hukuman. Proses belajar
akan berjalan lancer manakala murid dapat menguji kemampuanya, dapat mencoba
pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan tan pa mendapat
kecaman yang biasanya menyinggung perasaan.
d. Belajar atas inisiatif sendiri
Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif
sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah arah
belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan
kepada murid untuk “belajar bagaimana
caranya belajar” (to learn how to learn).
Tidak perlu diragukan bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting, akan tetapi
tidak ebih penting daripada memperoleh kecakapan untuk mencari sumber,
merumuskan masalah, menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil. Belajar
atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid baik paa proses maupun hasil
belajar.
Beljar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadibebas, tidak
bergantung, dan percaya pada diri sendiri. Apabila murid belajar atas inisiatif
sendiri, ia memiliki kesempatan untuk menimbang-nimbang dan membuat keputusan,
menentukan pilihan dan melekukan penilaian. Dia juga lebih bergantung pada
dirinya sendiri dan kuran bersandar pada penilaian pihak lain.
Disamping atas inisiatif sendiri, belajar juga harus melibatkan semua aspek
pribadi, kognitif, maupun afektif. Rogers dan para ahli humanisme yang lain
menanamkan jenis belajar ini sebagai whole
– person learning belajar dengan seluruh pribadi, belajar dengan pribadi
yang utuh. Para ahli humanisme percaya, bahwa belajar dengan tipwe ini akan
menghasilkan perasaan memiliki (feeling
of belonging) pada diri murid. Dengan demikian, murid akan merasa terlibat
dalam belajar, lebih bersemangat menangani tugas-tugas dan yang terpenting
adalah senantiasa bergairah untuk terus belajar.
e. Belajar dan perubahan
Prinsip terakhir yang dikamukakan oleh Rogers ialah bahwa yang paling
bermanfaat ialah belajar tentang proses belajar. Menurut Rogers, diwaktu-waktu
yang lampau murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis.
Waktu itu dunia lambat berubah, dan apa yang diperoleh di sekolah sudah
dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat ini perubahan merupakan
fakta hidup yang sentral. Ilmu Pengetahuan dan teknologi selalu maju dan
melaju.apa yang dipalajari di masa lalu tidak membekali orang untuk hidup dan
berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan datang. Dengan demikian, yang
dibutuhkan saat ini adalah orang yang mampu belajar di lingkungan yang sedang
berubah dan akan terus berubah.
C.
Kekurangan dan kelebihan teori belajar humanisme
1. Kekurangan
Peserta didik kesulitandalam mengenali diri dan potensi-potensi yang ada
pada diri mereka.
2. Kelebihan
Dalam pembelajaran pada teori ini siswa dituntutuntuk
berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya.
Selain itu Teori humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi dan
budaya populer. Sekarang ini banyak psikolog yang menerima gagasan ini ketika
teori tersebut membahas tentang kepribadian, pengalaman subjektif manusia mempunyai bobot yang lebih tinggi daripada relitas
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
- Menurut Teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
- Tokoh penting dalam teori belajar humanisme secara teoritik antara lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
- B. Saran
Perlu adanya kajian yang lebih
mendalam dan lebih luas tentang teori ini dan aplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Teori
Belajar Humanisme (online). (trimanjuniarso.files.wordpress.com).
/2008/02/teori belajar humanism.
Budiningsih,
Asri. 2005. Belajar Dan Pembelajaran.Jakarta :PT Rineka Cipta.
Karwono.2010.Belajar Dan Pembelajaran
Serta Pemanfaatan Sumber Belajar.Ciputat:Cerdas Jaya.
Rahmahana,
Ratna Syifa’a. 2008. Psikologi Humanisme
dan Aplikasinya dalam Pendidikan. Jurnal Pendididkan Islam,1-1-2008 : 99 – 114.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar